Brainstorming merupakan sesuatu yang tidak asing dan sering terdengar di telinga kita, terlebih pada sebuah organisasi baik lingkup kecil maupun lingkup besar. Lalu sebenarnya apa yang dimaksud dengan brainstorming itu? Mari kita simak bersama.
Menurut Minter dan Reid (2007) brainstorming merupakan cara lain yang digunakan oleh perusahaan untuk bisa menghasilkan ide-ide pada masa kini. Brainstorming adalah mengumpulkan sekelompok orang dengan tujuan untuk menghasilkan pikiran-pikiran baru dan segar. Sutikno (2002) juga berpendapat bahwa brainstorming merupakan suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman dari semua peserta yang terlibat. Perbedaannya dengan diskusi adalah yang mana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi bahkan tidak disepakati) oleh peserta yang lain.
Dari dua pendapat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa brainstorming adalah proses bertukar ide antara anggota satu dengan anggota lain untuk mendapatkan sebuah gagasan dan ide baru yang bersifat kreatif dan inovatif. Brainstorming juga dapat kita artikan sebuah teknik yang dipakai untuk mengumpulkan pendapat antara beberapa anggota organisasi sebagai metode untuk memecahkan suatu masalah atau mencari solusi dari sebuah permasalahan yang sedang terjadi. Tidak jarang juga terdapat perbedaan pendapat dari tiap anggota organisasi, itu merupakan suatu hal yang wajar dalam penerapan teknik brainstorming. Nah, ada baiknya ide liar yang kita miliki di-sharing-kan kepada orang lain, agar menjadi salah satu tolak ukur dalam mencapai kesepakatan bersama pada tahapan diskusi. Tak jarang juga ide yang menurut kita sudah bagus dan keren tersebut dapat diterima oleh sebagian orang, bisa jadi karena tidak masuk akal dan terlalu tinggi di angan-angan.
Eiits tapi jangan salah memahami yaa, brainstorming itu tidak sama dengan diskusi loh, tidak sedikit orang yang salah paham dengan brainstorming, mereka beranggapan bahwa brainstorming itu sama dengan diskusi, padahal kedua tahapan tersebut berbeda, brainstorming hanyalah wadah untuk setiap orang untuk menuangkan gagasannya. Sedangkan diskusi merupakan tahapan setelah brainstorming, sehingga dari ide-ide yang sudah terkumpul, dianalisis, dan didiskusikan untuk mencapai kesepakatan forum.
Brainstorming itu perlu. Kenapa? Agar kita tahu kenyataan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Agar sebuah ide itu berkembang menjadi sesuatu yang baru dan menarik. Dengan adanya brainstorming, kita akan menilai sebuah ide itu tidak hanya dari satu sisi, tapi dari beberapa pemikiran banyak orang yang dapat menjadi tolak ukur sebuah keberhasilan sebuah organisasi. Dalam tahap brainstorming kita perlu untuk menentukan tema gagasan terlebih dahulu, dan tak kalah penting yaitu menunjuk salah satu untuk menjadi pemimpin. Sehingga tidak ada perselisihan antar peserta, dan tidak ada sikap saling menghakimi, menyalahkan bahkan mendominasi. Perlu juga adanya notulensi atau dokumentasi ketika melakukan brainstorming, tujuannya agar tidak sia-sia dan tidak terlupa poin-poin penting yang disampaikan setiap peserta. Brainstorming juga diterapkan oleh E.M. Cepolina, F. Cepolina and G. Ferla dalam aplikasi kecerdasan buatan (artificial intelligence). Mereka menggunakan Brainstroming dalam mengevaluasi aplikasi kecerdasan buatan dan dampak bagi komersialnya. Mereka menjelaskannya pada artikel berikut (dalam Bahasa Inggris):
E.M. Cepolina, F. Cepolina and G. Ferla
A countless number of artificial intelligence applications exist in a wide range of fields. The artificial intelligence (AI) technology is becoming mature, free powerful libraries enable programmers to generate new apps using a few lines of code. The study identifies the applications that are the most interesting for a developer as far as profit is concerned. Some AI applications related to trading, industry, sales, logistics, games, and personal services have been considered. To select the most promising AI applications, multi criteria methods have been adopted. This brainstorm may be useful to inspire new born start-ups, willing to create viral apps/products. The paper wishes to be informative and light, for further information, a rich selection of publications and books is provided.
Menurut mereka dengan perkembangan teknologi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat, aplikasi kecerdasan buatan mulai merambah ke berbagai bidang. Banyak aplikasi baru yang diciptakan untuk membantu dalam keberlangsungan bisnis. Beberapa aplikasi kecerdasan buatan yang terkait seperti pada bidang perdagangan, industri, penjualan, logistic, game, dan layanan pribadi telah dipertimbangkan. Brainstorming diperlukan disini dengan tujuan agar dapat menginspirasi start-up untuk menentukan aplikasi mana yang cocok untuk dipakai dalam bidang perusahaannya. Mereka menarik kesimpulan dari artikel yang mereka tulis seperti berikut (dalam Bahasa Inggris):
E.M. Cepolina, F. Cepolina and G. Ferla
The ability of encapsulating bits of human intelligence inside a self-standing “learning and thinking device” opens unlimited possibilities. Out of clichés and in the name of concreteness: data have value to the extent that they allow to improve the productivity of a company, when they allow it to become more efficient, to create and develop better products, to increase the satisfaction of own customers or even to enter new markets or develop new business models. AI allows you to increase these potentials and allows you to accelerate all the knowledge processes that lead to the achievement of these objectives and which are the basis of the self learning enterprise, a definition by which we mean those companies and organizations that decide to grow own knowledge potential and put it to value, available to the business. New software and hardware technology developments daily widen AI capabilities. A few examples of new AI applications have been described for the following fields: trading, industry, sales, logistics, games and personal services. The ideas proposed are only briefly described, with the aim of soliciting the imagination of the reader. Ideally, for any new ideas proposed, a start-up may be created, able to financially exploit the specific “automated service”. Then, a methodology to compare the ideas has been introduced, based on four key parameters: distribution, profitability, independence and development. The best applications reach a wide public, have a high profitability, are independent from hardware and need limited coding time. An important goal of this brainstorm is to arouse the reader’s curiosity, leading him/her to find and solve existing problems, thanks to the AI powerful tools today available. On a daily basis, new start-ups create AI apps that run on our smartphones Worldwide. The proposed brainstorm, on commercial AI applications, may help today’s CEO, selecting the next commercial digital products.
Tidak hanya dalam dunia bisnis, brainstorming juga sering diterapkan dalam dunia pendidikan, seperti guru yang sedang mengajar di kelas. Seorang guru meminta salah seorang siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang materi yang sedang dipelajari. Siswa berhak menyampaikan apa yang ada dipikiran mereka, menyampaikan ide atau gagasan yang ditangkap selama mempelajari materi yang dipelajari bersama. Masih banyak lagi contoh penerapan brainstorming dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin cukup sampai disini dulu yaa pembahasan tentang brainstorming, baca juga artikel- artikel menarik lainnya pada situs berikut: https://ipmugo.com/, https://iaes.or.id/, https://www.iaesjournal.com/, https://ipmuonline.com/, dan https://ipmu.co.id/.
Redaksi: Feri Avriyanti
Sumber: