Pada dewasa ini, semakin marak content creator yang membuat konten baik berupa foto maupun video menggunakan teknik green screen, Stewart dan Alina channel contoh dari beberapa channel yang menggunakan teknik green screen untuk kontennya. Selain content creator di platform YouTube terdapat content creator di platform seperti Instagram, Tiktok dan social media lain yang menggunakan teknik green screen untuk kontennya. Penggunaan taknik tersebut untuk menunjang kebutuhan dalam hal editing. Khususnya dengan pengemasan video yang menerapkan teknik green screen terbilang membuat konten yang dihasilkan lebih menarik karena dapat menampilkan beragam visual. Penggunaan yang terbilang mudah menjadi pemicu maraknya content creator yang menggunakan green screen pada setiap konten yang dibuatnya. Dengan menggunakan teknik green screen, seorang content creator tidak perlu pergi ke pegunungan hanya untuk mendapatkan latar belakang gunung. Untuk membuat sebuah video yang menerapkan teknik green screen, seorang editor video hanya perlu menyediakan kain yang berwarna hijau sebagai latar video kemudian dilanjutkan dengan kameramen mengambil objek video dengan background yang sebelumnya sudah berlatar hijau. Dengan bantuan software editing, sebuah gambar/video yang telah diambil dapat diubah latar belakangnya menjadi apa pun sesuai kebutuhan konten yang sedang dibuat.

Penggunaan dengan konsep green screen pertama kali diterapkan pada tahun 1898 oleh George Albert Smith [1], ia menggunakan kain berwarna hitam untuk membuat sebuah objek seolah menghilang. Sementara itu, penerapan green screen yang paling terkenal ada pada film “The Great Train Robbery” pada tahun 1903. Di film ini, mereka mengecat jendela kereta api dengan warna hitam agar bisa menambahkan scene pemandangan saat kereta berjalan. Selain itu, juga penerapan green screen diterapkan di tahun 1940-an pada film “The Thief of Baghdad” [2] namun karena belum adanya software yang mampu mengedit menggunakan teknik green screen maka editor video mengedit hasilnya hanya menggunakan printer optik dan matte yang digambar manual dengan tangan [3]. Penemuan green screen sangat membantu dalam hal edit video. Pada tahun awal dibuatnya green screen, pembuatan video menggunakan green screen terbilang mahal dan menghabiskan banyak waktu karena belum adanya software atau perangkat lunak yang dapat megoptimalkan layar berwarna hijau yang menjadi dasar pembuatan green screen. Namun, lambat laun karena semakin maraknya perfilman menggunakan dasar green screen membuat banyak pengembang aplikasi yang membuat perangkat lunak yang dapat memaksimalkan penggunaan kain hjiau tersebut. Dengan semakin berkembanganya zaman penggunan green screen tidak hanya mampu merubah latar belakang pada video, penggunaan green screen juga mampu merubah objek agar objek mampu bergerak sesuai keinginan content creator. Pengambilan video dengan latar hijau menjadi dasar dari penerapan green screen, lantas mengapa latar hijau menjadi dasarnya dan bisakah merubah latar berwarna hijau menjadi dasar green screen dengan latar warna lain, warna pink misalnya? Pertanyaan yang cukup banyak ditanyakan oleh orang orang yang ingin mempelajari cara pembuatan video.

Menjawab dari pertanyaan tersebut, sebenarnya latar berwarna hijau bisa saja diganti menggunakan warna lainnya seperti yang diterapkan pada penggunaan green screen pertama kali oleh George Albert Smith pada tahun 1898 yang menggunakan kain berwarna hitam untuk membuat sebuah objek seolah menghilang. Penerapan menggunakan layer warna hijau dikarenakan saturasi yang dihasilkan terhadap objek ataupun benda sekitarnya. Pada dasarnya warna hijau tidak memiliki spektrum warna dan warna kulit manusia tidak ada yang berwarna hijau [4] sehingga lebih efisien untuk digabungkan dengan berbagai objek. Layar dengan latar belakang hijau menadi pilihan terbaik saat ini untuk menerapkan green screen namun selain warna hijau, warba biru juga dapat digunakan karena kunci dari teknik green screen saat ini ada chroma key [5]. Penggabungan objek menggunakan chroma key merupan dasar yang menyempurnakan penerapan green screen itu sendiri. Chroma key ini adalah teknik & proses khusus untuk menggabungkan dua aliran gambar atau video yang berbeda bersama-sama berdasarkan kriteria rona warna [5]. Saat ini sudah banyak software editing yang dapat menggunakan teknik chroma key baik yang di PC maupun di smartphone. Software yang telah dikembangkan hingga saat ini cukup banyak dan saat ini Adobe After Effect, Adobe Premiere, dan Sony Vegas, yang merupakan software yang familiar digunakan.

References

[1] F. Gray, “Smith the showman: The early years of George Albert Smith,” Film History, vol. 10, no. 1, pp. 8-20, 1998.

[2] M. Husinsky and F. Bruckner, “Virtual Stage: Interactive Puppeteering in Mixed Reality,” 2018 IEEE 1st Workshop ons Animation in Virtual and Augmented Environments (ANIVAE), 2018, pp. 1-7, doi: 10.1109/ANIVAE.2018.8587270.

[3] T. Mulack, Special visual effects: Planung und Produktion. Gerlingen: Bleicher, 2002.

[4] Blacer-Bacolod, Donnalyn, “Student-Generated Videos Using Green Screen Technology in a Biology Class,” International Journal of Information and Education Technology vol. 12, no. 4, 2022.

[5] P. P. Kotgire, J. M. Mori and A. B. Nahar, “Hardware Co-simulation for Chroma-Keying in Real Time,” 2015 International Conference ons Computing Communication Control and Automation, 2015, pp. 863-867, doi: 10.1109/ICCUBEA.2015.172.

Redaksi: M. A. Munandar, Editor: I. Busthomi