Telemedicine

Pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi telemedicine di seluruh dunia. Persepsi positif tentang telemedicine meliputi peningkatan aksesibilitas dengan konsultasi jarak jauh, efisiensi, dan kenyamanan dengan penghematan waktu serta fleksibilitas penjadwalan. Keterlibatan pasien menjadi lebih baik dengan fitur-fitur berupa referensi video dan dan pertemuan online. Aplikasi mobile yang dirancang untuk perawatan medis dan keadaan darurat. Penggunaan telemedicine bertujuan untuk mengatasi tantangan rumah sakit dan klinik yang terlalu crowded yang masih menggunakan cara tradisional. Aplikasi yang dikembangkan dengan menggunakan metodologi design thinking ini memiliki beberapa fitur utama:

  1. Pendaftaran: pasien dapat mendaftar untuk membuat janji temu melalui aplikasi.
  2. Panggilan video: pasien dapat melakukan konsultasi video dengan tenaga medis profesional.
  3. Kualifikasi medis: aplikasi yang menyediakan layanan kualifikasi medis sehingga pasien dapat di kelompokkan sesuai dengan urgensi.
  4. Pertolongan pertama: aplikasi yang menawarkan panduan pertolongan pertama.
  5. Manajemen resep: aplikasi yang dapat membantu mengelola resep.
  6. Panggilan darurat: aplikasi yang memungkinkan untuk melakukan panggilan darurat ke layanan medis.

Aplikasi telemedicine yang dibuat oleh Amado dan Arenas (2024) diuji coba dengan 150 pasien, yang menunjukkan kepuasan yang tinggi dengan solusi yang diusulkan. Validasi ahli juga menunjukkan tingkat penerimaan sebesar 97%, dengan dokter spesialis yang menyatakan kepuasannya terhadap efisiensi sistem. Aplikasi mobile ini bertujuan untuk menyediakan perawatan medis yang cepat dan efisien, mengatasi masalah waktu tunggu yang lama dan kurangnya dokter spesialis di lingkungan medis tradisional.

Di sisi lain, ada juga tantangan yang perlu diperhatikan dan diatasi, seperti masalah teknis, keamanan dan privasi data, kurangnya sentuhan pribadi pad pasien, dan ketidaksetaraan dalam akses. Sehingga untuk proyeksi kedepannya, dibutuhkan standarisasi dan regulasi yang jelas, pelatihan dan pendidikan bagi penyedia layanan dan pasien, penggunaan teknologi inovatif seperti kecerdasan buatan (AI) dan virtual reality (VR), dan upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan akses dengan inisiatif inklusi digital. Dengan mengatasi tantangan ini, telemedicine dapat terus meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan aksesibilitas bagi semua orang.

Referensi:

Iman Permana, Hanifah Hanifah, Wahyu Pamungkasih, Syarifatun Mardliyah, Winny Setyonugroho, & Habib Abda Furqoni. (2023). The use of telemedicine in primary health care during COVID-19: perceptions from health care professionals. International Journal of Public Health Science (IJPHS)12(4), 1580–1580. https://doi.org/10.11591/ijphs.v12i4.23386

‌Misael Lazo-Amado, & Laberiano Andrade-Arenas. (2024). Mobile design for medical care and minor emergencies applying telemedicine. Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science33(3), 1889–1889. https://doi.org/10.11591/ijeecs.v33.i3.pp1889-1902

Redaksi: I. Busthomi